Abang penjual ketoprak tampaknya sedang mencoba-coba menggabungkan makanan Betawi dengan makanan Jepang, jadilah sang ketoprak disajikan dengan sumpit. Si anak yang baru sekali-kalinya itu melihat sumpit, berjuang dengan segala cara supaya bisa makan ketoprak dengan benda tersebut. Ia memperlakukan sumpit seperti makan dengan sendok garpu. Walhasil, tak satupun isi ketoprak yang masuk ke mulutnya. Akhirnya ia menyerah dan meminta sendok kepada abang ketoprak yang senyum-senyum melihatnya berjibaku dengan sumpit. Belajar menggunakan sumpit gagal total.
Tak terasa, si anak beranjak dewasa. Satu ketika, teman-temannya mengajaknya hangout di sebuah gerai makanan Jepang bernama Hoka Hoka Bento. Melihat sumpit di baki saji, mendadak dia merasa seperti memutar ulang waktu. Gambaran saat-saat dia berusaha mengangkat makanan ke mulutnya tetapi makanan itu jatuh semua ke piring, saat dia berusaha mencungkil makanan dengan sumpit tetapi isinya berhamburan ke meja, berkelebatan dalam benaknya. Betapa malunya jika itu semua terulang kembali di usianya yang sudah berkepala 2. Ia akan jadi obyek tontonan satu gerai dan bukan tidak mungkin teman-temannya mendadak menjauh dan mengaku tidak mengenalnya. Mau ditaruh di mana mukanya?
Mengantisipasi itu semua, akhirnya dia memutuskan untuk mengunakan sendok alih-alih sumpit, demi menyelamatkan mukanya yang cuma selembar dan nggak ada gantinya itu.
Baru sesuap dua suap nasi masuk ke mulutnya (ia berniat makan Ebi Furai dengan sendok, tetapi percayalah teman, agak susah makan Ebi Furai pakai sendok plastik), temannya bertanya, "Kok nggak pakai sumpit?"
Menurutmu, ia harus menjawab apa?
A. Mengaku dengan jujur kalau nggak bisa pakai sumpit.
B. Pura-pura sumpitnya patah.
C. Pura-pura pingsan.
....
....
Oke okee, aku tau kalian pada milih C, tapi ternyata, ia memilih...
Nggak jawab apa-apa pemirsah!
Nyebelin nggak tuh? Udah pada semangat milih jugak!
Temen satunya malah dengan tega dan muka tak bersalah dengan cueknya nuduh, "Nggak bisa pakai sumpit ya?"
Sia-sialah perjuangannya menyelamatkan muka pada hari itu, karena mau nggak mau, ia terpaksa mengangguk pasrah dan bergumam seperti orang berkumur.
"Sini aku ajarin!" Mendadak terdengar suara semerdu malaikat.
Dipandangnya arah suara. Ia sudah membayangkan sepasang sayap dan cahaya putih berpendar-pendar di situ, tapi ternyata cuma ada temannya yang sedang mengangkat sumpit di depan mukanya.
"Pegang sumpitnya begini," katanya sambil menggerakkan 3 jari di ujung sumpit.
Kuambil sumpit yang masih berada dalam pembungkusnya, kusobek-sobek kertasnya, lalu segera mengikuti gerakan sang teman.
Loh, kok, jadi aku?
Eh, iya, emang aku sih. Hihihi...
Jadi pemirsah, memang akulah si culun yang baru bisa pakai sumpit ketika berumur 20an. Itu semua atas jasa seorang teman keturunan Tionghoa yang baik banget mau ngajarin aku pakai sumpit sampai aku bisa. Dia juga bercerita tradisi keluarganya dalam menggunakan sumpit, seperti misalnya bagaimana memposisikan sumpit saat kita jeda makan atau saat sudah selesai makan. Dan itu semua terjadi di Hoka Hoka Bento yang sekarang udah dipendekin logonya jadi Hokben aja. Jadi tiap kali ke Hokben tuh kayak yang turn back time gitu. This is the place I learned how to use chopsticks.
Jaman dulu kan masih jarang ada tempat makan makanan Jepang, atau yang pakai sumpit lah. Jadi kayaknya kalo mau belajar pake sumpit ya ke Hokben. Dan ini mungkin bukan cuma terjadi sama aku. Pasti banyak orang lain yang mempunyai pengalaman serupa. Secara nggak langsung, Hokben itu punya ikatan emosional sama proses belajar kita. Aku sih, secara khususnya, hihihi..
Dengan ikatan emosional yang terbangun secara nggak sengaja itu, makanya aku seneng banget pas tau kalo Hokben buka gerai baru di Jl. Soekarno Hatta, Malang, secara deket sama rumahku. Gerai ini adalah cabang pengganti MX Mall yang sekarang sedang direnovasi.
Tak terasa, si anak beranjak dewasa. Satu ketika, teman-temannya mengajaknya hangout di sebuah gerai makanan Jepang bernama Hoka Hoka Bento. Melihat sumpit di baki saji, mendadak dia merasa seperti memutar ulang waktu. Gambaran saat-saat dia berusaha mengangkat makanan ke mulutnya tetapi makanan itu jatuh semua ke piring, saat dia berusaha mencungkil makanan dengan sumpit tetapi isinya berhamburan ke meja, berkelebatan dalam benaknya. Betapa malunya jika itu semua terulang kembali di usianya yang sudah berkepala 2. Ia akan jadi obyek tontonan satu gerai dan bukan tidak mungkin teman-temannya mendadak menjauh dan mengaku tidak mengenalnya. Mau ditaruh di mana mukanya?
Mengantisipasi itu semua, akhirnya dia memutuskan untuk mengunakan sendok alih-alih sumpit, demi menyelamatkan mukanya yang cuma selembar dan nggak ada gantinya itu.
Baru sesuap dua suap nasi masuk ke mulutnya (ia berniat makan Ebi Furai dengan sendok, tetapi percayalah teman, agak susah makan Ebi Furai pakai sendok plastik), temannya bertanya, "Kok nggak pakai sumpit?"
Menurutmu, ia harus menjawab apa?
A. Mengaku dengan jujur kalau nggak bisa pakai sumpit.
B. Pura-pura sumpitnya patah.
C. Pura-pura pingsan.
....
....
Oke okee, aku tau kalian pada milih C, tapi ternyata, ia memilih...
Nggak jawab apa-apa pemirsah!
Nyebelin nggak tuh? Udah pada semangat milih jugak!
Temen satunya malah dengan tega dan muka tak bersalah dengan cueknya nuduh, "Nggak bisa pakai sumpit ya?"
Sia-sialah perjuangannya menyelamatkan muka pada hari itu, karena mau nggak mau, ia terpaksa mengangguk pasrah dan bergumam seperti orang berkumur.
"Sini aku ajarin!" Mendadak terdengar suara semerdu malaikat.
Dipandangnya arah suara. Ia sudah membayangkan sepasang sayap dan cahaya putih berpendar-pendar di situ, tapi ternyata cuma ada temannya yang sedang mengangkat sumpit di depan mukanya.
"Pegang sumpitnya begini," katanya sambil menggerakkan 3 jari di ujung sumpit.
Kuambil sumpit yang masih berada dalam pembungkusnya, kusobek-sobek kertasnya, lalu segera mengikuti gerakan sang teman.
Loh, kok, jadi aku?
Eh, iya, emang aku sih. Hihihi...
Jadi pemirsah, memang akulah si culun yang baru bisa pakai sumpit ketika berumur 20an. Itu semua atas jasa seorang teman keturunan Tionghoa yang baik banget mau ngajarin aku pakai sumpit sampai aku bisa. Dia juga bercerita tradisi keluarganya dalam menggunakan sumpit, seperti misalnya bagaimana memposisikan sumpit saat kita jeda makan atau saat sudah selesai makan. Dan itu semua terjadi di Hoka Hoka Bento yang sekarang udah dipendekin logonya jadi Hokben aja. Jadi tiap kali ke Hokben tuh kayak yang turn back time gitu. This is the place I learned how to use chopsticks.
Baca juga: Review Zuppa Soup Coffee Taste Malang
Jaman dulu kan masih jarang ada tempat makan makanan Jepang, atau yang pakai sumpit lah. Jadi kayaknya kalo mau belajar pake sumpit ya ke Hokben. Dan ini mungkin bukan cuma terjadi sama aku. Pasti banyak orang lain yang mempunyai pengalaman serupa. Secara nggak langsung, Hokben itu punya ikatan emosional sama proses belajar kita. Aku sih, secara khususnya, hihihi..
Dengan ikatan emosional yang terbangun secara nggak sengaja itu, makanya aku seneng banget pas tau kalo Hokben buka gerai baru di Jl. Soekarno Hatta, Malang, secara deket sama rumahku. Gerai ini adalah cabang pengganti MX Mall yang sekarang sedang direnovasi.
Dan yang bikin lebih seru, sekarang ada menu baru yang sesuai sama selera manusia kekinian, yaitu Hot & Spicy Teriyaki.
Yang nggak suka pedes, tetep dong masih banyak pilihan..
![]() |
Hot & spicy beef teriyaki. Keliatan kan cabenya? (Haduhh, mendadak terasa pedas) |
![]() |
Hot & spicy chicken teriyaki |
Yang nggak suka pedes, tetep dong masih banyak pilihan..
![]() |
Menu spesial |
![]() |
Pasti ada favorit kamu di sini |
![]() |
Atau di sini? |
![]() |
Kalo ini favorit dedek-dedek gemes |
![]() |
Ini mainan lucunya Kidzu Bento. Eit, orang dewasa boleh banget loh kalo mau koleksi. Biar terjaga jiwa mudanya. Ye kan, ye kan? |
Btw, pada tau nggak kalo Hokben tuh sebenernya brand lokal, bukan impor dari Jepang? Baru tau? Sama, aku juga. Semua bahannya juga lokal. Nasinya yang enak banget itu awalnya kupikir beras Jepang, tapi setelah ditanyain, ternyata bukan, itu beras lokal. Nah lho, ternyata beras kita bisa seenak itu, masaknya gimana yah?
Baca juga Review Zuppa Soup RM HD Wijaya
Dan yang paling bikin tenang tuh, Hokben udah dapet sertifikasi halal. Bahkan masuk kategori A, which mean proses produksinya udah dipercaya banget bakal menjaga kehalalan, sehingga selama 2 tahun tidak akan diperiksa. Tenang lah pokoknya kita makan di Hokben.
![]() |
Pajang gede-gede ahh |
Udah gih sana ke Hokben. Kalau pada sibuk, delivery order aja ke 1500-505.
Biar gampang inget, kalo lapar = SOS >>> 1500-505.
Nggak ada lagi kan yang bikin kamu ragu makan di Hokben?
Apa?
Minta traktir?
Boleh, tar kutraktir sumpit. Okesip?
*dilempar ocha*
(Trus sumpit bertuahnya manaa?)
Lahh, kan bertuah banget tuh, bikin kenyang.
*dilempar ocha segentong*
*kaborr ke Hokbennn*
Mampir juga ke Review Zuppa Soup Madam Wang Malang yaa
beef teriyaki
chicken teriyaki
hoka hoka bento
hokben
hokben delivery
hokben di malang
hokben malang
hokben soehat malang
hokben yang enak
kidzu bento
menu hokben
nasi hokben enak
20 komentar
Bacanya siang-siang,sambil makan
BalasHapusMakan apa tuh? Bukan makan ati kan? 😆
HapusMakan nasi
HapusMau dong makan hokben. Di Bengkulu belu ada nih...palingan pas ke luar kota baru makan.
BalasHapusKalo di Bengkulu mungkin ada menu Lokan Bensu 😁
HapusHahaha... Terus aku bayanginnya pakai perasaan baca kisah anak gak bisa pakai sumpit. Anjiiiir... Wkwkw... Kreatif pakai banget mbak. Sini sini kukasih ocha. Dih melase gak bis pakai sumpit. Aku donk sejak SD udah latihan mindah sanggae. Sekarang udah mahir #bangga wkwkwk
BalasHapusIya nih anak melas, butuh sumbangan voucher Hokben sebanyak-banyaknya demi belajar pake sumpit, hihihi
Hapushahahha.. sama mbak.. aku juga baru bisa pake sumpit di umur segitu...
BalasHapusWkwkwk ternyata ada temennya
HapusDi kotaku gak ada hokben. Padahal sudah halal ya. Dan jangan khawatir, aku pun tak ada lihai2nya pakai sumpit.
BalasHapusAyo ke Malang aja, jalan-jalan sekalian ke Hokben, hehehe...
HapusAlhamdulillah untung sekarang udah lihai pakai sumpitnya ya, terima kasih HokBen hehe
BalasHapusBelum lihai mbak, belum bisa nangkep lalat pake sumpit, hihihi
HapusAih bahaya banget kalo sampe ada hokben di deket Rumahku.
BalasHapusPasti duitku langsung menipis karna sering jajan disitu haha.
Abisnya hokben enak banget kenapa ya Rabb :(
Iya nih.. Ampuni kami yang suka silap perut ini Ya Rabb
HapusJadi pengen ke Hokben lagi, menunya semakin beragam ya Mba. Gemes pengen pesan semua
BalasHapusIiihhhhhj penasaran nungguin sumpit bertuah... Ternyata aku dapetnya ocha segentong 😄😄😄😄😄
BalasHapusHihihi iya betul, zaman dulu tuh jarang ada resto yg makannya pakai sumpit, kecuali hokben sm resto mi :D
BalasHapushokben semakin berjaya ya :D
BalasHapusIya betul, buka cabang terus
HapusHaii, salam kenal. Terima kasih sudah berkunjung. Silakan komentar di sini yaa.