nav#menunav { border-bottom: 1px solid #e8e8e8; }

Blog Diplagiat, Bangga? Yang Benar Saja!

tikacerita.com,- Gara-gara kompetisi yang digelar blogger kondang Mas Nodi Harahap nih, aku jadi berasa naik mesin waktu, memutar beberapa tahun ke belakang, ke awal-awal aku bikin blog. Aku lupa tepatnya, yang jelas sebelum tahun 2010.

blogger narablog www.tikacerita.com


Aku kasih tahu ya teman, tahun segitu itu, belum ada aplikasi obrolan gratis di gawai macam WA dan Line, jadi kalau mau mengobrol, kita pakai aplikasi obrolan berbasis surel, yaitu YM alias Yahoo Messenger, yang sekarang entah masih ada entah tidak.

Kalau ingin ketemu komunitas yang punya perhatian yang sama, kita pakai milis alias mailing list, yang masuk ke surel, jadi kalau tidak tiap hari kita rajin menghapus puluhan bahkan ratusan surel yang masuk (yang kadang cuma berisi, “Aku setuju”, “Ini bagus”, “Aku ikut”), dalam beberapa minggu saja kotak masukmu akan penuh berisi surel tak penting.

Salah satu komunitas yang aku ikuti melalui milis adalah Sekolah Rumah dan Asah Pena (Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif), tempat berkumpulnya para praktisi homeschooling alias sekolah rumah, di mana aku belajar banyak hal tentang pendidikan.

Komunitas itu berisi orang-orang hebat yang selain sangat kreatif dalam mendidik keluarga, mereka juga suka menulis, yang mayoritas dituangkan dalam bentuk blog. Mulailah aku ketularan membuat blog juga. Waktu itu aku pakai blog berbasis multiply, membahas tentang konsep pendidikan di rumah.

Sayang sekali multiply kini sudah almarhum, jadi udah nggak bisa dibaca lagi, hehehe…

blogger narablog www.tikacerita.com

Suatu hari, seorang teman merekomendasikan buku Rumahku Sekolahku. Dia bilang buku itu bagus untuk mempelajari sekolah rumah.

Baiklah, tanpa berpikir panjang, kubeli buku itu di Gramedia.

Ketika mulai membacanya, aku kaget banget. Buku itu berisi tulisanku di blog. Ada tulisan orang lain juga, yang aku merasa yakin pernah membacanya.

Memanfaatkan mesin pencari, aku mulai mencari padanan tiap halaman buku itu di internet.

Dapat!

Seluruh isi buku tersebut ternyata adalah hasil plagiat dari blog beberapa anggota milis sekolah rumah. Total jenderal plagiat, tidak ada satu kalimat pun yang dimodifikasi. Plagiatornya bahkan tak mau susah-susah merubah kalimat.

Kucoba menghubungi penerbitnya, menunjukkan bukti-bukti dan bernegosiasi, apakah mungkin nama penulisnya diganti nama-nama kami penulis aslinya. Mereka bilang tidak bisa, karena buku terlanjur didistribusikan. Buku juga tidak bisa ditarik lagi. Mereka hanya bisa bertindak sebatas memasukkan plagiatornya ke dalam daftar hitam. Apakah royalti bisa dialihkan ke kami?  Jawabannya tidak, karena tidak ada kontrak dengan kami.

Aku bahas masalah ini di milis. Ketika menemui jalan buntu dengan penerbit, beberapa teman menyarankan membawa masalah ini ke ranah hukum, bahkan ada yang bersedia mendampingi sebagai pengacara. Tapi ternyata teman-teman yang lain, para pemilik tulisan, memilih untuk tidak mengambil langkah hukum apapun, toh niat mereka dari awal memang supaya sekolah rumah bisa dipahami semua orang, jadi kalau jadi buku dan dibaca banyak orang, itu bagus. Hitung-hitung beramal lewat literasi.

Walaupun kecewa, sebenarnya aku tidak kaget juga. Sejak kenal mereka, aku tahu kalau mereka memang berhati peri. Cuma aku saja nih yang masih suka menuruti bisikan setan durjana, susah banget untuk bisa menerima. Sampai-sampai waktu seorang teman menenangkanku dengan bilang, “Harusnya kamu bangga dong, berarti tulisanmu cukup berkualitas untuk diterbitkan.” Bukannya bersyukur ada yang menghibur, aku malah langsung meradang. “Bangga? Yang benar saja! Sudah susah-susah nulis juga!”

Sejak kejadian itu, semangatku untuk menulis blog turun drastis. Buat apa susah-susah mikir kalau jatuhnya disalin orang dengan seenak jidat? Sampai multiply gulung tikar pun aku tak peduli. Kubiarkan saja tulisanku ikut hilang bersama sang domain. Bahkan buku fisik Rumahku Sekolahku pun tak lagi kusimpan, kuhibahkan kepada orang lain daripada melihatnya di rak cuma bikin sakit hati. Kasus itu seperti tamparan kasar untukku, hingga aku tak bersemangat menulis selama beberapa waktu.

Sampai suatu saat, aku bertemu beberapa penulis di dunia nyata dan kemudian tergoda untuk mulai aktif menulis lagi. Kali ini bukan dalam bentuk literasi digital, tetapi fisik. Aku menulis cerpen dan mulai belajar menulis novel. Setelah melalui proses dan drama yang panjang, bukuku akhirnya terbit.

Bersamaan dengan proses penulisan novel, pada tahun 2015, aku juga mulai membuat blog baru di sini. Awalnya tidak jelas juga isinya, kebanyakan curhat, tapi setelah mengikuti komunitas narablog, aku mulai mengambil fokus supaya blogku bisa menghasilkan.

Kini, bertahun-tahun setelah kasus plagiarisme blogku, aku sangat sepakat dengan ucapan temanku, bahwa aku memang harus bangga tulisanku diplagiat, karena sudah terbukti tulisanku layak terbit, dan layak dibayar dengan sepadan.

Bangga yang terlambat ya? Hehehe, tapi lebih baik terlambat kan, daripada tidak sama sekali? Memang hikmah bukan jenis benda yang kasat mata seperti sepotong klepon di meja makan.

Hal itu pula salah satunya yang melecutku untuk menyusun resolusi bagi blogku di tahun 2019 ini, yaitu memperbanyak konten yang bermanfaat dengan bahasa yang lebih santai dan menghibur. Maksudku, tidak semua orang bisa langsung menangkap hikmah dari sebuah kejadian, bukan? Berlaku juga dengan tulisan. Mungkin dengan cara yang lebih menghibur, pembaca lebih mudah menangkap pesan yang ingin kusampaikan, agar tak memerlukan waktu lama untuk mendapatkan hikmah, tidak seperti aku yang butuh bertahun-tahun untuk mengambil hikmah dari sebuah peristiwa.

Bagaimana kalau diplagiat lagi?

blogger narablog www.tikacerita.com


Kali ini aku tak akan diam saja.

Enyah kau, plagiator, atau pilih mati kukitik-kitik?

Related Posts

39 komentar

  1. Dulu saat jadi mahasiswa, plagiat itu seperti lumrah saat ada tugas bkin makalah dari sinilah bibit plagiat bertumbuh kembang... entahlah kita harus membiarkannya atau mencari kalpanax, karena menjamurnya jga pada teman2 sendiri :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena sistem pendidikan kita terlanjur memuja kesempurnaan. Kita tidak dilatih menghargai hasil pemikiran sendiri. Sedih ya?

      Hapus
  2. Waktu tahun 2009 isi blog saya suka dicopy paste orang. Bahkan saya izinkan. Karena dulu saya tak mengerti arti plagiat. Yang penting menukis dan bisa dibaca semua orang.

    Setelah tahu istilah plagiat, bagia yang mengcopy wajib melampirkan sumbernya dari mana.

    BalasHapus
  3. Awalnya saya juga kecewa sekali karena blogku dicopas habis-habisan. Sampai sekarang jug masih kecewa, tapi lama-lama tampaknya harus siap. Kalau konten sudah dipublish di media online ya siap-siap saja dicopas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dicopas masih mending mbak, lha ini jadi buku, dijual di toko buku 😂😂

      Hapus
  4. Waah. Sama aku juga pake multiply.. Kita g ketemu d mp y saat itu .

    BalasHapus
  5. Negara kita kurang menghargai Hak Atas Kekayaan Intelektual.

    BalasHapus
  6. Kalau menurut saya, harus jangan dibiarkan Plagiator dan harus dikasih efek jera biar tidak jadi kebiasaan di Indonesia ini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sanksinya cuma sanksi sosial, jadi gak gitu berefek kali ya?

      Hapus
  7. Duh enak banget ya plagiat tulisan orang dan terbit jadi buku, nggak kena sanksi apa-apa..

    BalasHapus
  8. Sedih kalau melihat hal seperti ini,semoga tidak ada lagi ya. Dan jangan sampai kita menjadi bagian lingkaran yang merusak literasi, amiin.

    BalasHapus
  9. Sama ky foto. Suatu ketika pernah menemukan foto ku di web orang pas jelaein ttg bukit bangkirai di balikpapan. Ingetku dulu cm jadi profil pic trus dipake orang. Sebel sih soalnya dg kamera sederhana aja gambarnya keren haha *kepedean.
    sayangnya ga ada watermark nya hahaa trus kuikhlaskan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak disertakan sumbernya? Udah dihubungi supaya mencantumkan sumber?

      Hapus
  10. Salut perjuangan mbak Tika dalam memperjuangkan tindak plagiarism walaupun temen2 yg lain dah pada legowo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisanya sebatas itu.. Diambil hikmahnya aja kali ya?

      Hapus
  11. Guruku pernah bilang, tidak apa-apa tulisan kamu di plagiat, karena kalau niat awal kamu untuk membagi ilmu, mungkin lewat si plagiator lah tulisan kamu benyak dirasakan manfaat oleh orang lain.

    saat beliu bilang begitu, aku cuma bisa diam karena awalnya sikapku seperti kakak juga.. wkwkw

    BalasHapus
  12. Wah bacanya jadi ikutan gemas. Semoga masalah plagiasi ini tidak akan terulang lagi ya aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin.. Iya mbak, setidaknya ada efek jera dan pelakunya mau belajar etika

      Hapus
  13. Terus berdoa dalam diri ini agar terhindar dari niat plagiat. Dapat pelajaran baru dari sikap legowo saat tulisan di plagiat.

    BalasHapus
  14. Dilema ya mb harus bersikap seperti apa, tapi menurut ku apa yg mb lakukan diawal udah keren mengonfirmasi isi buku yang diplagiat ke penerbit, seharusnya ini jadi catatan penerbit utk lebih jeli lagi sblm menerbitkan naskah.

    Semoga Allah balas dengan sebaik baik balasan ya mb atas tulisan mb yg dicopas, Amiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin... Semoga ya mbak, semua ada hikmahnya...

      Hapus
  15. Semoga yg copas diberi keuntungan yg sebanyak"nya iya mba 😊

    Salam sapa

    BalasHapus
  16. Hmm, untuk kasus plagiat seperti ini memang bikin geram ya. Bangga boleh karena tulisan kita akhirnya banyak yang membaca, tapi juga tentu sakit hati ketika karya tersebut disebarluaskan bukan atas nama kita.

    BalasHapus
  17. Gimana caranya mendeteksi plagiat itu mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo kasusku sih gugling aja. Sekarang udah ada plagiarism checker

      Hapus
  18. Ternyata mbak Tika pernah di Multiply juga tho? dan kenalnya baru sekarang hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akutu kayak pernah inget sama mbak Ivon deh 😂

      Hapus
  19. Aku sih gak peduli mau plagiat atau nggak, kalau cuma satu artikel ya gak apa... tapi kalau udah satu blog yg di plagiat, siap-siap aja akunnya hilang haha

    BalasHapus

Haii, salam kenal. Terima kasih sudah berkunjung. Silakan komentar di sini yaa.