tikacerita.com,- Jogja. Siapa sih yang tak mau berwisata di kota ini? Jogja sudah seperti surga tempat wisata di kawasan Jawa bagian tengah. Mulai daerah yang panasnya udah kayak cosplay neraka sampai yang dinginnya menggigit tulang, Jogja punya semua. Mulai wisata alam, budaya hingga wisata modern yang penuh teknologi, Jogja juga punya. Paket lengkap pokoknya.
Meskipun aku orang Malang yang kotanya juga dipenuhi tempat wisata, aku juga ingin dong menjelajah Jogja dengan segala keunikannya. Bosen juga kan lihat kota sendiri tiap waktu?
Nah, suatu hari di awal Agustus 2022, tiba-tiba kesempatan itu datang. Tim kantor lamaku ada tugas pelatihan ke Jogja. Aku bertanya apa ada satu tempat kosong untuk aku bisa nebeng pulangnya? Ternyata ada dong. Wokee, tanpa berpikir ulang aku segera pesan tiket kereta Kertanegara tujuan Jogja.
![]() |
Kertanegara ekonomi premium |
Pada hari H, aku berangkat dengan kereta tersebut jam 08.20. Kertanegara tuh kelasnya eksekutif dan ekonomi premium ya kawan. Jadi kelas ekonominya yang kursinya 2-2. Nyaman sih karena tak harus berdempetan kaki dengan penumpang di depan kita. Oya untuk kalian yang berangkat dari Malang dan ingin hadap depan, kalian bisa memilih nomor kursi kecil ya. Kereta ini sebenarnya tujuan akhirnya ke Purwokerto (aku baru tahu saat sudah di kereta) yang membuatku terpikir mungkin lain kali aku mbolang saja ke Purwokerto hahahaha...
![]() |
Pemandangan Kampung Warna-warni dari dalam Kertanegara |
Eniwei, kereta Kertanegara tiba di Jogja jam 14.20. Aku yang memang tak punya planning apa pun selain 'lihat nanti saja', segera membuka Google maps setibanya di sana. Aku sengaja tak makan selama di kereta supaya bisa kulineran di Jogja, tentu saja mencari tempat makan terdekat yang rekomen. Sembari gugling, aku juga chat teman-teman yang tinggal di Jogja. Seorang teman menyarankan Selasar Malioboro. Teman yang lain menyarankan soto di seberang Stasiun Tugu. Karena aku suka banget mi jawa dan setahuku tuh mi jawa terenak ada di Jogja, aku menanyakan di mana ada mi jawa yang dekat stasiun, temanku bilang mi jawa tuh biasanya bukanya malam.
Percaya tak percaya, saking kepinginnya, aku tetap mencari kedai mi jawa di sekitar stasiun. Ada satu tempat yang muncul di maps dengan lokasi yang sangat dekat dengan stasiun, tinggal ke pintu keluar kemudian menyeberang jalan. Karena dekat, aku memilih tempat itu, mengabaikan saran teman-temanku. Setelah berjalan sekian ratus meter mengikuti petunjuk mbah Google, ternyata tak ada kedai apa pun di situ, cuma ada hotel yang berjejer-jejer. Duh naga-naganya kena prank nih. Entah kedainya beneran cuma buka malam, atau malahan udah gulung tikar. Padahal di Google keterangannya tuh 'buka'.
Yasudalah ya, demi perut yang makin dangdutan, aku bertekad menyusuri Malioboro aja yang dekat dan pastinya banyak pilihan makanan. Temanku yang menyarankan Selasar Malioboro juga menyarankan Teras Malioboro. Aku sendiri tak terlalu berminat untuk ke tempat-tempat yang semacam foodcourt gitu, soalnya inginnya ke tempat-tempat yang otentik (si paling banyak mau emang, padahal udah lapar).
Sepanjang Malioboro, aku masih membuka Google untuk mencari tempat makan yang sesuai dengan keinginanku. Ada kedai soto dan rawon yang ulasannya bagus-bagus (aku lupa namanya apa), jadi tanpa berpikir panjang kulangkahkan kakiku ke sana. Ini agak aneh sih, posisinya berubah-ubah. Awalnya ada di sisi kanan jalan, lalu pindah ke sisi kiri jalan. Aku yang beneran buta Jogja, khususnya Malioboro, bingung juga dong, bisa-bisanya Google begini. Tapi karena lapar, kuikuti juga sang simbah. Di maps terakhir, lokasinya ada di kiri jalan, setelah Mal Malioboro. Baiklahh, aku yang sebelumnya ada di kanan jalan jadi menyeberang dan masuk ke gang kecil sesuai petunjuk simbah.
Sesampainya di titik yang dimaksud, ternyata sekali lagi aku di-prank, saudara-saudara. Tak ada itu namanya kedai yang menjual rawon dan soto, yang ada (lagi-lagi) adalah hotel.
Ampun deh..
Jujur, aku mengandalkan review simbah Google di sini karena Malioboro sudah terkenal dengan jebakan betmennya untuk wisatawan. Di Google juga aku menemukan beberapa kedai yang kata reviewer-nya memasang harga overprice, jadinya ya karena aku pelancong low budget, tak mau lah aku terjebak di kedai yang semacam itu.
Yah, karena prinsip itu yang aku pegang, untuk ketiga kalinya, aku kembali memeriksa Google map gaes (kurang setia apa lagi coba? Udah ditipu dua kali aja masih percaya) dan menemukan kedai soto dan es teler durian beberapa meter dari tempat aku kecele tadi. Udah hopeless sih sebenernya, apa iya ada?
Nah mungkin karena sudah tak terlalu berharap, ketika ternyata beneran kedainya tak ada, aku kayak, "Oh, ya udah," doang gitu. Karena udah capek jalan, aku duduk di kursi yang tersedia di trotoar sambil lihat-lihat sekeliling. Dari kejauhan, aku melihat sebuah kedai soto ayam. Tanpa berpikir lagi, aku cek review-nya di Google dan ternyata ulasannya lumayan bagus, serta yang penting harganya masuk akal. Ah, sepertinya takdir Allah memang mengharuskanku makan di situ.
Di dalam kedai, ternyata benar terpampang daftar harga besar-besar yang menghindarkan kita dari dikadalin penjual, jadi segera saja aku pesan seporsi soto dan teh hangat, memenuhi hasrat cacing-cacing perutku yang sudah koma dari tadi.
![]() |
Daftar harga |
Pesanan terhidang dan subhanallah, sotonya enak banget gaes, segar. Kuahnya bening jadi beneran di mulut tuh kayak oase rasanya. Udah kayak puasa aja rasanya jam 4 sore baru makan hahaha..
![]() |
Tuh kan seger banget penampakannya |
Kelar makan, aku membuka Google maps (lagi) untuk mencari alternatif transportasi terbaik menuju penginapan demi seguyur dua guyur air (panas banget euy Jogja) karena habis isya diajak teman-teman FLP Malang yang sedang di Jogja untuk ketemuan sekaligus makan malam. Aku coba cek juga di platform transportasi online berapa biayanya kalau naik ojek, yang ternyata lumayan juga. Karena udah bertekad mau muter-muter Jogja versi low budget, aku memilih buat naik TransJogja. Menurut aplikasi Moovit, aku harus berganti bus 2-3 kali untuk sampai ke tujuan. Baiklah, murah juga nih, cuma 2700 udah sampai tujuan, jadi aku segera menuju halte TransJogja yang cuma beberapa puluh meter dari lokasi kedai soto.