tikacerita.com,- Sejak pandemi melanda dunia, isu kesehatan mental cukup banyak mendapat perhatian masyarakat.
Sebagai orang yang masih berjuang dengan kondisi ini (bisa baca cerita dan pembahasanku tentang mental illness di sini dan di sini), aku selalu merasa relate setiap kali mendengar atau membaca kisah-kisah orang lain tentang perjuangan mereka hidup dengan penyakit mental. Setiap ada berita tentang orang yang mengakhiri hidupnya atau berusaha mengakhiri hidupnya, aku merasa seperti sedang berada di dalam sepatunya. Kalian yang telah menjadi pembaca blog ini sejak lama maupun mutualku di media sosial pasti juga tahu seberapa seringnya aku mengangkat tema ini di dalam status dan postinganku, terutama di Instagram dan Tiktok.
Saat pandemi Covid-19, Unicef mengadakan survey pada tahun 2020 dan menemukan fakta bahwa pembatasan aktivitas akibat Covid-19 telah mengakibatkan perubahan secara mendadak pola hidup remaja dan mengganggu kesehatan mental remaja.
Menurut Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey tahun 2022, sejumlah 15,5 juta atau 34,9 persen remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta atau 5,5 persen remaja mengalami gangguan mental. Dari jumlah tersebut, hanya 2,6 persen yang mengakses layanan konseling.
RS Duren Sawit juga melakukan riset terhadap 4010 responden selama pandemi Covid-19 dan menemukan bahwa dari 64,8% responden yang mengalami gangguan psikologi, 71%-nya dialami oleh perempuan. Sedangkan hasil penelitian menurut kelompok usia dan jenis gangguan bisa dilihat pada diagram berikut:
Penelitian-penelitian tersebut menyadarkan kita bahwa efek pandemi terhadap kondisi psikologis masyarakat sangat luar biasa. Dari semua kelompok usia yang menjadi responden, mayoritas mengalami gangguan psikologis, termasuk kelompok usia produktif.
Bisa dipahami betapa beratnya beban yang dirasakan oleh entitas yang seharusnya aktif tetapi dipaksa keadaan untuk menjadi pasif. Yang terbiasa dinamis tetapi mau tak mau harus berubah menjadi statis. Belum lagi mereka yang kehilangan sumber pendapatan karena perubahan pola hidup dan kesehatan. Kehilangan lapangan pekerjaan tak pelak menjadi pukulan yang sangat telak bagi penduduk usia produktif, terlebih bagi mereka yang menginjak usia duapuluhan dan mengalami fase krisis seperempat baya atau quarter life crisis.
Melihat fakta ini, sekelompok pemuda berusaha mengambil langkah kecil demi mengangkat kembali motivasi hidup bagi rekan-rekan segenerasinya. Pada saat yang sama, mereka menemui lahan terbengkalai yang penuh dengan sampah dan brangkal di sekitar lingkungan tempat tinggal. Setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan, mereka memutuskan untuk menggabungkan kedua permasalahan tersebut dalam satu solusi.
![]() |
Sumber: IG Seni Tani |
Vania dan Galih, yang usianya bahkan belum tiga puluh tahun, bersama tiga orang kawan adalah penggerak urban farming social enterprise bernama Seni Tani di Kelurahan Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung Utara.
Pada bulan November 2020 di saat dunia sedang dicekam oleh Covid-19, kelima pemuda tersebut mulai memusatkan perhatian pada riset, sosialisasi, negosiasi dan diskusi demi mengatasi permasalahan yang ada di lingkungan mereka tersebut.
Setelah perjuangan yang tidak mudah, akhirnya di awal tahun 2021 mereka mendapat lampu hijau untuk menggunakan lahan tidur milik pemerintah Kota Bandung seluas 400 m2 menjadi kebun sayur.
Bukan sembarang kebun sayur, mereka memilih pertanian regeneratif demi meningkatkan kesehatan dan kesuburan tanah sekaligus melindungi sumberdaya dan keanekaragaman hayatinya. Dengan cara ini, tanah lebih tahan terhadap dampak dari perubahan iklim sehingga hasil panen pun meningkat.
Tanaman yang dipilih sebagai pembuka adalah kacang edamame karena mampu memperkaya nitrogen tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, dan bunga matahari untuk menarik serangga agar hadir di kebun demi menambah biodiversitas.
Pada bulan April tahun 2021 mereka memanen edamame pertama yang kemudian dibagikan kepada rekan-rekan yang hadir sebagai ungkapan rasa syukur.
![]() |
Sumber: IG Seni Tani |
Bukan hanya teknis penanaman, mereka juga memanfaatkan sampah organik dari lingkungan sekitar untuk diolah menjadi kompos dengan sistem lasagna compost, yaitu sistem pengolahan sampah secara aerob yang tidak menimbulkan bau menyengat.
![]() |
Sumber: IG Seni Tani |
![]() |
Sumber: IG Seni Tani |
Di balik musibah ada hikmah. Tampaknya kondisi ekonomi yang melambat akibat pandemi tidak membuat pemuda pemudi Kota Bandung tersebut menyerah pada keadaan. Siapa sangka kesulitan justru menginspirasi mereka untuk memulai aktivitas penciptaan lapangan kerja sekaligus mewujudkan ketahanan pangan. Semua bermula dari kejelian anak-anak muda tersebut melihat potensi yang tersimpan dalam lahan tidur milik Pemerintah Kota Bandung. Sejak November 2020 hingga Februari 2023 ada kurang lebih 1000 m2 (seribu meter persegi) lahan tidur yang berhasil dikelola oleh kelompok mereka hingga menghasilkan lebih dari seratus lima puluh kilogram (150 kg) sayur mayur.
Kegiatan kelompok yang disebut Seni Tani tersebut berhasil menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa untuk memulai berkebun tidak selalu memerlukan lahan yang luas. Bahkan dengan lahan seukuran 1x1 meter pun kita sudah bisa membuat kitchen garden atau kebun pribadi untuk keperluan pribadi.
![]() |
Sumber: IG Seni Tani |
Lahan yang digunakan oleh kelompok Seni Tani saat ini terbagi menjadi dua; sebagian untuk kebun komunal, yaitu kegiatan berkebun bersama anggota komunitas yang berjumlah 97 ; dan sebagiannya lagi dikerjakan sebagai petani urban oleh dua orang pemuda setempat dengan pendapatan tetap.
Bagian yang paling menarik dari program ini adalah hasil panen didistribusikan melalui Kelompok Tani Sauyunan dengan sistem CSA, yaitu Community Supported Agriculture. Sistem ini adalah sebuah sistem di mana anggota kelompok yang berjumlah 24 orang membayar di awal sebelum benih ditanam, sehingga petani urban mendapat kepastian pembayaran sebelum panen (advance payment) sedangkan anggota komunitas mendapat kepastian hasil panen. Setiap hari Kamis, anggota akan memperoleh paket berisi sayur mayur yang diantarkan ke rumah, bekerjasama dengan karang taruna dan pemuda sekitar untuk distribusinya.
Dengan langkah-langkah inovatif tersebut, tak heran jika Seni Tani mendapatkan apresiasi SATU Indonesia Awards tahun 2021. SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards adalah bentuk apresiasi Astra terhadap generasi muda, baik kelompok maupun individu yang menjadi pelopor dan berhasil menginisiasi perubahan dalam berbagai sektor.
Siapa yang terharu melihat kesungguhan kelompok ini dalam mengangkat kembali kondisi mental dan ekonomi lingkungan sekitar? Saya, Bang, saya!
#SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia #KitaSATU